Pacu Jalur merupakan sebuah perlombaan mendayung di sungai dengan menggunakan sebuah perahu panjang yang terbuat dari kayu pohon. Panjang perahu ini bisa mencapai 25 hingga 40 meter dan lebar bagian tengah kir-kira 1,3 m s/d 1,5 m, dalam bahasa penduduk setempat, kata Jalur berarti Perahu. Setiap tahunnya, yaitu dilaksanakan dibulan Agustus, diadakan Festival Pacu Jalur sebagai sebuah acara budaya masyarakat tradisional Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. juga dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pacu jalur biasanya dilakukan di Sungai Batang Kuantan. Hal ini tak lepas dari catatan panjang sejarah, Sungai Batang Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu dan Kecamatan Cerenti di hilir, telah digunakan sebagai jalur pelayaran jalur sejak awal abad ke-17. Dan, di sungai ini pulalah perlombaan pacu jalur pertama kali dilakukan. Sedangkan, arena lomba pacu jalur bentuknya mengikuti aliran Sungai Batang Kuantan, dengan panjang lintasan sekitar 1 km yang ditandai dengan enam tiang pancang.
Sejarah Pacu Jalur.
Tradisi pacu jalur telah eksis sejak zaman kolonial Belanda, tepatnya di tahun 1903 perlombaan sampan panjang yang disebut dengan jalur itu diadakan. Konon katanya pacu jalur diadakan untuk memeriahkan ulang tahun sang putri Belanda. Sampan-sampan dibuat sangat panjang dari kayu yang besar dan elastis sehingga mampu memiliki muatan 40-60 anak pacuan, anda bisa membayangkan sendiri panjangnya sampan yang dikayuh oleh 60 orang sekaligus dengan lebar sampan hanya muat satu orang.
Baca Juga : Keindahan Islamic Centre pekanbaru Riau
Sebelum bertarung sampan terlebih dahulu didandani alias diberi corak-corak yang menarik mata dikedua sisi sampan, kebanyakan lukisan pada sampan bermotifkan tumbuhan. Tidak hanya dikayuh oleh puluhan orang tetapi uniknya lagi juga terdapat seorang anak di ujung sampan yang dinamakan dengan “tukang tari” dan satu orang lagi dibelakang sampan yang dinamakan dengan tukang onjai. Satu orang ditengah berfungsi sebagai “tukang timbo” yang bertugas menguras air yang masuk dalam sampan. Tukang tari berfungsi sebagai dirigent dan penanda bahwa jalur yang ditumpanginya sedang berada didepan atau kalah dari jalur lawan, karena apabila tukang btari telah berdiri maka jalurnya berarti sedang memimpin jalannya pacuan.
Mereka menari-nari dengan lemah gemulai sembari memberi semanga kepada anak pacuan. Begitu juga dengan “tukang onjai” yang berada dibelakang jalur juga ikut menari dan menggoyang ekor sampan dengan cara menghentakkan kaki agar lebih cepat melaju. Saya juga mendengar beberapa cerita mistis tentang pacu jalur dari teman saya yang mengatakan bahwa setiap jalur memiliki pawang masing-masing yang akan menjaga jalur selama bertanding.
Demikianlah Informasi pada hari ini, tentang " Keunikan Pacu Jalur Di Kabupaten Kuantan Singingi semoga menambah wawasan wisata kita. Jika anda berminat menonton keseruan Pacu Jalur ini, maka harus menunggu bulan Agustus dan menempu perjalan darat sekitar 3-4 jam dari pusat kota pekanbaru ( Riau )
Tags
Wisata