Betapa bahagia saat memiliki keturunan, apalagi bagi pasangan suami istri yang telah lama menikah, kehadiran anak merupakan anugerah terindah dalam hidup. Lantas sebagai orang tua, apakah kita bebas berbuat sesuka hati saat kita merasa kenakalan anak sudah mulai tampak, saat ia mulai beranjak remaja.
Tentunya 1 hal yang perlu kita ingat bahwa anak yang di anugerahkan kepada kita, bukan sepenuhnya milik kita, jangankan anak, diri dan tubuh ini saja hanya titipan dan pinjaman yang diberikan oleh sang pencipta kepada kita.
Anak juga merupakan titipan, sebagai titipan tentunya kita tidak bisa berbuat semaunya saja, haruslah dijaga dirawat, dan buatlah yang menitipkan menjadi senang, saat suatu ketika titipan itu diambil oleh yang punya.
Terkadang dalam menjalani kehidupan ada saja perilaku sanga anak yang membuat kita kesal, marah dan ingin rasanya melampiaskan kemarahan ini kepada sang anak tersebut, namun menyikapi kemarahan itu alngkah lebih baik. Daripada melakukan kekerasan dalam rumah tangga.
Tidak sedikit kita saksikan didaerah kita, karena kekesalan kepada sang anak, terjadilah kekerasan dalam rumah tangga dengan menyakiti fisik maupun perasaan anak, yang berujung pada pihak kepolisian, maka disinilah baru timbul penyesalan, ternyata apa yang dilakukan selama ini adalah salah.
Untuk itu Islam menuntun kita, bagaimana memanejemen kondisi saat kemarahan itu muncul dalam diri kita, dengan menyikapinya sebagai berikut :
1. Ambil Wudhu' segera saat kemarahan itu datang
Nabi Muhammad SAW, menjelaskan dalam sabdanya :
“Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan terbuat dari api. Dan api itu hanya bisa dipadamkan oleh air. Oleh karena itu, jika seseorang di antara kamu marah maka berwudhulah. ” (HR. Abu Daud)
Setan selalu berusaha merasuki setiap keadaan kita, apabila dalam kondisi marah ia cepat menyuruh kita melakukan hal-hal diluar perikemanusiaan sehingga banyak orang yang marah, melakukan perbuatan kasar dan menyakiti.
Maka Islam memberikan tuntunan agar saat marah, ambillah wudhu' segera mungkin agar meredam kemarahan itu dan larinya setan dari diri orang yang senantiasa menjaga kesucian diri dengan berwudhu'.
2. Rubahlah Posisi Saat Marah.
Saat kemarahan itu memuncak, maka solusi yang kedua kita dianjurkan untuk merubah posisi kita saat itu, Sabda Rasul :
“Maka apabila salah seorang di antara kamu marah dalam keadaan berdiri maka duduklah. Apabila dalam keadaan duduk maka berbaringlah. ” (Riwayat Abu Daud).
3. Ingat Kembali Saat-saat betapa Kita mengharapkan kehadiran sang Anak
Saat sebelum anak hadir dalam kehidupan kita, tentunya setiap pasangan sangat mendambakan kehadiran sang anak, maka ada baiknya saat emosi kita memuncak, ingat kembali betapa kita mengharapkan kehadirannya, mengapa kita musti meluapkan emosi kita kepadanya saat ia melakukan kesalahan.
Menasehatinya bukankah jalan yang lebih baik, daripada menyakitinya ? sekeras-kerasnya batu setipa hari ditetesi air maka batu itu akan hancur juga lambat laun, apalagi manusia yang hatinya terbaut dari segumpal darah, tentu dengan memberikan pendidikan dan pengertian kepada sang anak akan menjadi solusi terbaik.
4. Perbanyak memahami setiap perkembangan anak
Mempelajari ilmu itu sangatlah penting, terutama tentang perkembangan buah hati kita, maka semakin kita memahami perkembangan anak, maka akan semakin membuat kita mengetahui langkah apa yang seharusnya diambil menyikapi kenakalan anak.
Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya ilmu itu dengan belajar, sesungguhnya sifat hilm (lemah lembut) dengan belajar berlemah lembut, barangsiapa yang mencari kebaikan, maka akan diberikan. Dan barangsiapa menjaga kejelekan, maka dia akan dilindungi.’ ” (HR. Thabrani di ‘Al-Ausath, 2663 dan dihasankan oleh Al-Albany)
5. Do'akan Kebaikan Untuk Anak
Tidak dipungkiri saat emosi terkadang kita lepas kontrol sehingga terkadang mengeluarkan kata-kata yan gtidak pantas, padahal ucapan terkadang menjadi do'a, maka ucapakanlah yang baik-baik kepada anak, semoga dengan ucapan yang baik itu, membuat sang anak menjadi anak sholeh dan shalehah.
Sempatkanlah setiap waktu terutama sehabis Shalat senantiasa mendo'akan kebaikan untuk sang anak dan berharap menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua.
Baca Juga : Lima Cara Membimbing Anak Dalam Belajar
Tentunya 1 hal yang perlu kita ingat bahwa anak yang di anugerahkan kepada kita, bukan sepenuhnya milik kita, jangankan anak, diri dan tubuh ini saja hanya titipan dan pinjaman yang diberikan oleh sang pencipta kepada kita.
Anak juga merupakan titipan, sebagai titipan tentunya kita tidak bisa berbuat semaunya saja, haruslah dijaga dirawat, dan buatlah yang menitipkan menjadi senang, saat suatu ketika titipan itu diambil oleh yang punya.
Terkadang dalam menjalani kehidupan ada saja perilaku sanga anak yang membuat kita kesal, marah dan ingin rasanya melampiaskan kemarahan ini kepada sang anak tersebut, namun menyikapi kemarahan itu alngkah lebih baik. Daripada melakukan kekerasan dalam rumah tangga.
Tidak sedikit kita saksikan didaerah kita, karena kekesalan kepada sang anak, terjadilah kekerasan dalam rumah tangga dengan menyakiti fisik maupun perasaan anak, yang berujung pada pihak kepolisian, maka disinilah baru timbul penyesalan, ternyata apa yang dilakukan selama ini adalah salah.
Untuk itu Islam menuntun kita, bagaimana memanejemen kondisi saat kemarahan itu muncul dalam diri kita, dengan menyikapinya sebagai berikut :
1. Ambil Wudhu' segera saat kemarahan itu datang
Nabi Muhammad SAW, menjelaskan dalam sabdanya :
“Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan terbuat dari api. Dan api itu hanya bisa dipadamkan oleh air. Oleh karena itu, jika seseorang di antara kamu marah maka berwudhulah. ” (HR. Abu Daud)
Setan selalu berusaha merasuki setiap keadaan kita, apabila dalam kondisi marah ia cepat menyuruh kita melakukan hal-hal diluar perikemanusiaan sehingga banyak orang yang marah, melakukan perbuatan kasar dan menyakiti.
Maka Islam memberikan tuntunan agar saat marah, ambillah wudhu' segera mungkin agar meredam kemarahan itu dan larinya setan dari diri orang yang senantiasa menjaga kesucian diri dengan berwudhu'.
2. Rubahlah Posisi Saat Marah.
Saat kemarahan itu memuncak, maka solusi yang kedua kita dianjurkan untuk merubah posisi kita saat itu, Sabda Rasul :
“Maka apabila salah seorang di antara kamu marah dalam keadaan berdiri maka duduklah. Apabila dalam keadaan duduk maka berbaringlah. ” (Riwayat Abu Daud).
3. Ingat Kembali Saat-saat betapa Kita mengharapkan kehadiran sang Anak
Saat sebelum anak hadir dalam kehidupan kita, tentunya setiap pasangan sangat mendambakan kehadiran sang anak, maka ada baiknya saat emosi kita memuncak, ingat kembali betapa kita mengharapkan kehadirannya, mengapa kita musti meluapkan emosi kita kepadanya saat ia melakukan kesalahan.
Menasehatinya bukankah jalan yang lebih baik, daripada menyakitinya ? sekeras-kerasnya batu setipa hari ditetesi air maka batu itu akan hancur juga lambat laun, apalagi manusia yang hatinya terbaut dari segumpal darah, tentu dengan memberikan pendidikan dan pengertian kepada sang anak akan menjadi solusi terbaik.
4. Perbanyak memahami setiap perkembangan anak
Mempelajari ilmu itu sangatlah penting, terutama tentang perkembangan buah hati kita, maka semakin kita memahami perkembangan anak, maka akan semakin membuat kita mengetahui langkah apa yang seharusnya diambil menyikapi kenakalan anak.
Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya ilmu itu dengan belajar, sesungguhnya sifat hilm (lemah lembut) dengan belajar berlemah lembut, barangsiapa yang mencari kebaikan, maka akan diberikan. Dan barangsiapa menjaga kejelekan, maka dia akan dilindungi.’ ” (HR. Thabrani di ‘Al-Ausath, 2663 dan dihasankan oleh Al-Albany)
5. Do'akan Kebaikan Untuk Anak
Tidak dipungkiri saat emosi terkadang kita lepas kontrol sehingga terkadang mengeluarkan kata-kata yan gtidak pantas, padahal ucapan terkadang menjadi do'a, maka ucapakanlah yang baik-baik kepada anak, semoga dengan ucapan yang baik itu, membuat sang anak menjadi anak sholeh dan shalehah.
Sempatkanlah setiap waktu terutama sehabis Shalat senantiasa mendo'akan kebaikan untuk sang anak dan berharap menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua.
Baca Juga : Lima Cara Membimbing Anak Dalam Belajar
Tags
Pendidikan