Kemajuan Teknologi telah merambah semua bidang, positifnya adalah semakin memudahkan manusia melakukan suatu aktivitas terasa lebih cepat dengan bantuan teknologi tersebut. Tidak terkecuali kemajuan teknologi itu sampai kepada nelayan, dengan adanya kemajuan teknologi mereka melakukan penangkapan ikan dengan berbagai cara yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh nelayan dahulu.
Namun tidak semua nelayan melakukan penangkapan ikan dengan cara yang modern bahkan mereka masih mempertahankan cara-cara tradisional yang telah ada sejak dahulunya. Tradisi menagkap ikan ini tidak biasa seperti memancing, menjaring dan sejenisnya. Yaitu mereka menggunakan alat penangkapan ikan dengan bantuan api.
Bagi nelayan tradisional di Taiwan tidak berlaku cara modern yang dilakukan oleh sekelompok nelayan lainnya, seperti pada nelayan Taiwan yang tinggal di distrik Jinshan, Taipei Utara. Nelayan ini melakukan tradisi ini diawali dengan membuat tongkat bambu yang ujung dari tongkat tersebut telah dilumuri terlebih dahulu menggunakan zat sulfur ( belerang ).
Cara kerjanya penangkapan ikan menggunakan api ini juga sangat unik, yaitu nelayan menghidupkan api pada ujung bambu yang telah dilumuri sulfur tadi, lalu mengarahkannya pada permukaan air laut, sehingga memancing ikan-ikan yang ada disana untuk naik keatas permukaan air bahkan melompat-melompat keatas permukaan air tersebut.
Setelah melihat ikan-ikan melompat-lompat keatas permukaan air, maka disinilah saatnya para nelayan tradisional tersebut melakukan aksinya yaitu dengan menebarkan jaring yang telah disediakan, sehingga begitu mudahnya mereka menangkap ikan yang telah melompat-lompat itu.
Dalam 1 perahu nelayan yang menangkap ikan dengan cara tersebut bisa menghasilkan antar 2-5 ton ikan. Dalam tradisi ini merupakan sesuatu yang biasa bagi para nelayan di Taiwan namun sangat unik ketika kita menyaksikan ikan-ikan tersebut melompat-lompat dengan jumlah yang begitu banyak.
Dari situlah kemudian muncul ide dari pemerintahan setempat, pemerintah sangat antusias agar masyarakat tetap melakukannya dan menjadikan tradisi itu sebagai salah satu bentuk budaya wisata. Namun dikutip dari Oddity Central, dikhawatirkan tradisi ini menjadi punah, karena kurangnya minat warga desa generasi muda untuk menjadi nelayan. mereka lebih memilih tinggal dikota untuk mencari pekrjaan.