Tahun baru Islam adalah tahun baru Hijriyah yang setiap tahun akan kita lalui. Selama ini, pernahkan kita mengetahui pergantian tahun baru Islam ? atau tahun demi tahun kita lalui begitu saja, tanpa memberikan makna apa-apa. Sejatinya, setiap pergantian tahun hendaknya kita jadikan momentum untuk instrospeksi diri, karena semakin bertambahnya tahun. Berarti jatah hidup kita semakin berkurang dan semakin dekat kepada kematian. Kita tidak perbah tahu kapan kematian itu datang, namun setiap pergantian tahun. Hendaknya itulah saat di mana kita merenungi diri dan menyadari atas setiap dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan selama ini.
Sejarah Singkat Tahun Baru Islam
Tahun baru Islam atau yang lebih kita kenal dengan tahun baru Hijriyah adalah tahun baru yang mula dihitungnya bulan-bulan pada bulan hijriyah atau orang juga sering mengenalnya dengan bulan-bulan Arab. Tahun baru Hijriyah itu dikalangan ahli sejarah Islam disebut sebagai tahun baru pada masa Khalifah Umar Bin Khattab. Dalam riwayat diceritakan bahwa pada masa Khalifah Umar tersebut beliau mendapat surat balasan yang telah ia kirim kepada bawahannya mendapatkan kritik, karena pada surat tidak dituliskan tanggal dan tahunnya. Sejak saat itulah beliau bermusyawarah bersama para sahabatnya untuk menetapkan kalender Islam atau tahun hijriyah. Sehingga dari hasil musyawarah tersebut disepakatilah bahwa perhitungan tahun baru hijriyah itu dimulai sejak hijrahnya Nabi Muhammad, SAW.
Untuk sistem kalender Qamariah sudah dikenal oleh bangsa Arab sejak lama, bahkan untuk penetapan bulan-bulan 12 bulan itu sudah dimulai. Sedangkan untuk di masa Khalifah Umar bin Khattab hanya menetapkan nama dari tahun yang dihubungkan dengan Hijrahnya Nabi dan para sahabatnya kaum Muhajirin ke Madinah. Sehingga tahun baru Islam yang kita kenal sampai saat sekarang ini bernama Hijriyah diambil dari kata Hijrah.
Untuk penetapan tahun baru di bulan Muharam dan di tahun Hijriyah, Umar tidak pernah melakukan upacara khusus dan ritual khusus guna menyambut pergantian tahun baru Islam tersebut. Bahkan para ulama pun sepakat tidak ada do'a atau ritual khusus untuk memeriahkan atau menyambut tahun baru Islam ini. Namun demikian, tidak pula dapat dilarang atau dicegah umat Islam yang mengadakan kegiatan-kegiatan bermanfaat untuk memeriahkan tahun baru Islam. Selagi hal itu tidak bertentangan dengan aturan Agama Islam, tentu tidak mengapa. Asalkan dalam memperingatinya tidak pula mengkhususkan amalan-amalan tertentu atau bahkan do'a-doa tertentu yang menjurus kepada kekhususan dalam pelaksanaan ibadah Muharram. Wallahu A'lam.
Makna Tahun Baru Islam
Setelah kita mengetahui sejarah singakat tahun baru Islam, tentunya kita juga harus memahami makna yang terkandung di dalamnya. Karena setiap tahun pergantian kalender Hjriyah ini terus kita lalui, setidaknya kita memaknai pergantian tahun baru Islam itu sebagai bahan renungan bagi diri kita pribadi, seberapa banyak dosa yang kita lakukan selama hidup di dunia ini, berapa banyak amalan dan kebaikan yang sudah kita lakukan selama ini.
Dengan merenungi diri atau intropseksi diri, kita memaknai pergantian tahun sebagai momentum masa di mana kita mengingat kematian itu sudah semakin dekat dan tentunya semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan memperbanyak melakukan ibadah, perbanyak berzikir, perbanyak membaca Al-Qur'an dan sedekah serta berbagai macam amalan lainnya.
Dengan melakukan hal itu semua kita menyadari dan berusaha menjadikan diri ini, semakin hari semakin baik hendaknya. Karena tidak ada yang dapat kita banggakan dalam diri ini, kecuali jika kita semakin hari semakin taat dan mematuhi semua perintah Allah dan mampu pula meninggalkan semua larangan-Nya. Dan semoga kita menjadi hamba-hamba yang selalu bersyukur kepada Allah, karena sampai pergantian tahun baru Islam hari ini, kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan hidup.
Sejarah Singkat Tahun Baru Islam
Tahun baru Islam atau yang lebih kita kenal dengan tahun baru Hijriyah adalah tahun baru yang mula dihitungnya bulan-bulan pada bulan hijriyah atau orang juga sering mengenalnya dengan bulan-bulan Arab. Tahun baru Hijriyah itu dikalangan ahli sejarah Islam disebut sebagai tahun baru pada masa Khalifah Umar Bin Khattab. Dalam riwayat diceritakan bahwa pada masa Khalifah Umar tersebut beliau mendapat surat balasan yang telah ia kirim kepada bawahannya mendapatkan kritik, karena pada surat tidak dituliskan tanggal dan tahunnya. Sejak saat itulah beliau bermusyawarah bersama para sahabatnya untuk menetapkan kalender Islam atau tahun hijriyah. Sehingga dari hasil musyawarah tersebut disepakatilah bahwa perhitungan tahun baru hijriyah itu dimulai sejak hijrahnya Nabi Muhammad, SAW.
Untuk sistem kalender Qamariah sudah dikenal oleh bangsa Arab sejak lama, bahkan untuk penetapan bulan-bulan 12 bulan itu sudah dimulai. Sedangkan untuk di masa Khalifah Umar bin Khattab hanya menetapkan nama dari tahun yang dihubungkan dengan Hijrahnya Nabi dan para sahabatnya kaum Muhajirin ke Madinah. Sehingga tahun baru Islam yang kita kenal sampai saat sekarang ini bernama Hijriyah diambil dari kata Hijrah.
Untuk penetapan tahun baru di bulan Muharam dan di tahun Hijriyah, Umar tidak pernah melakukan upacara khusus dan ritual khusus guna menyambut pergantian tahun baru Islam tersebut. Bahkan para ulama pun sepakat tidak ada do'a atau ritual khusus untuk memeriahkan atau menyambut tahun baru Islam ini. Namun demikian, tidak pula dapat dilarang atau dicegah umat Islam yang mengadakan kegiatan-kegiatan bermanfaat untuk memeriahkan tahun baru Islam. Selagi hal itu tidak bertentangan dengan aturan Agama Islam, tentu tidak mengapa. Asalkan dalam memperingatinya tidak pula mengkhususkan amalan-amalan tertentu atau bahkan do'a-doa tertentu yang menjurus kepada kekhususan dalam pelaksanaan ibadah Muharram. Wallahu A'lam.
Makna Tahun Baru Islam
Setelah kita mengetahui sejarah singakat tahun baru Islam, tentunya kita juga harus memahami makna yang terkandung di dalamnya. Karena setiap tahun pergantian kalender Hjriyah ini terus kita lalui, setidaknya kita memaknai pergantian tahun baru Islam itu sebagai bahan renungan bagi diri kita pribadi, seberapa banyak dosa yang kita lakukan selama hidup di dunia ini, berapa banyak amalan dan kebaikan yang sudah kita lakukan selama ini.
Dengan merenungi diri atau intropseksi diri, kita memaknai pergantian tahun sebagai momentum masa di mana kita mengingat kematian itu sudah semakin dekat dan tentunya semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan memperbanyak melakukan ibadah, perbanyak berzikir, perbanyak membaca Al-Qur'an dan sedekah serta berbagai macam amalan lainnya.
Dengan melakukan hal itu semua kita menyadari dan berusaha menjadikan diri ini, semakin hari semakin baik hendaknya. Karena tidak ada yang dapat kita banggakan dalam diri ini, kecuali jika kita semakin hari semakin taat dan mematuhi semua perintah Allah dan mampu pula meninggalkan semua larangan-Nya. Dan semoga kita menjadi hamba-hamba yang selalu bersyukur kepada Allah, karena sampai pergantian tahun baru Islam hari ini, kita masih diberikan kesehatan dan kesempatan hidup.