Momen peristiwa penting dalam Islam pada bulan ini yaitu bulan Rajab yang jatuh pada tanggal 03 April 2019, momentum Isra' dan Mi'raj kita manfaatkan untuk meningkatkan kualitas amalan kita kepada Allah SWT. Isra' adalah perjalanan nabi Muhammad SAW dari masjidil haram di Mekkah menuju masjidil Aqsha di Palestina. Yang mana nabi Muhammad diperjalankan oleh Allah pada malam 27 Rajab tersebut..
Sedangkan istilah Mi'raj adalah naiknya baginda Rasul dari Masjidil Aqsha di Palestina menuju langit ketujuh hingga ke Sidratul Muntaha, salah satu pelajaran utama dari peristiwa ini adalah Allah menunjukkan kepada umat ketika itu, sampai kepada kita hari ini untuk memperlihatkan kekuasaannya, di mana peristiwa yang tidak bisa dicerna oleh akal manusia, namun dapat diyakini oleh keimanan. Sebagaimana Firman Allah SWT :
Artinya: "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat". (QS. Isra’ ayat 1).
Setidaknya beberapa hal berikut ini adalah makna diperjalankannya Nabi Muhammad SAW, dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj :
Ujian keimanan
Makna peristiwa Isra’ dan Mi’raj yang pertama adalah ujian keimanan, keimanan seseorang adalah keyakinan yang mendalam dalam hati, tidak bisa dibuat-buat dan tidak bisa dilogikakan, karena iman adalah urusan hati, meskipun sesama Muslim tidak berarti sama-sama memiliki tingkat keimanan yang sama.
Untuk itulah peristiwa Isra’ dan Mi’raj yang kejadiannya luar biasa, diluar akal dan logika manusia. Maka keimanan seseoranglah yang paling berperan di sini. Karena sulit akal mencerna dalam semalam saja mampu melakukan perjalanan secepat itu, bahkan teknologi tercanggih saat ini pun tidak mampu melakukannya.
Dalam kehidupan kita pun demikian, keimanan selalu mendapatkan ujian dari Allah SWT, ujian itupun bermacam jenis dan bentuknya, bagaimana kita mampu mengontrol sikap dan perbuatan yang berlandaskan keimanan. Sehingga apa yang seharusnya dilakukan dan apa seharusnya ditinggalkan.
Buah dari Kesabaran
Untuk diketahui, salah satu tujuan adanya peristiwa Isra’ dan mi’raj inilah adalah untuk menghibur nabi Muhamad SAW. Karena di waktu berdekatan orang yang paling besar dukungannya terhadap Rasul telah pergi untuk selamanya, yaitu istri Beliau Siti Khadijah dan paman Beliau Abu Thalib.
Hal ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa setiap persoalan dan musibah yang menimpa kita, maka tidak ada lain kecuali harus banyak besabar. Kesabaran pada akhirnya akan berbuah manis dan ada hikmah dari setiap peristiwa itu.
Perintah Shalat.
Nabi Muhammad SAW dalam melakukan perjalanan Isra’ dan Mi’raj adalah dalam rangka menjemput perintah Shalat, di mana pada masa sebelumnya, bahwa perintah shalat ini berjumlah 50 waktu sehari semalam.
Beruntung dengan adanya peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini, perintah melaksanakan kewajiban shalat itu menjadi 3 kali sehari semalam. Tidak dapat dibayangkan jika kita harus melaksanakan shalat 50 kali sehari semalam, sedangkan 5 kali sehari semalam saja masih banyak yang berat untuk melaksanakannya.
Shalat kita ketahui adalah salah satu sarana komunikasi kita kepada Allah SWT. Dengan Shalat dapat mencegah diri kita dari perbuatan keji dan munkar, pembeda antara kita dengan orang kafir itu juga adalah shalat. Sebagaimana dalil dari Rasulullah :
“(Pembatas/Pembeda) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 257)
Sedangkan istilah Mi'raj adalah naiknya baginda Rasul dari Masjidil Aqsha di Palestina menuju langit ketujuh hingga ke Sidratul Muntaha, salah satu pelajaran utama dari peristiwa ini adalah Allah menunjukkan kepada umat ketika itu, sampai kepada kita hari ini untuk memperlihatkan kekuasaannya, di mana peristiwa yang tidak bisa dicerna oleh akal manusia, namun dapat diyakini oleh keimanan. Sebagaimana Firman Allah SWT :
Artinya: "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat". (QS. Isra’ ayat 1).
Setidaknya beberapa hal berikut ini adalah makna diperjalankannya Nabi Muhammad SAW, dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj :
Ujian keimanan
Makna peristiwa Isra’ dan Mi’raj yang pertama adalah ujian keimanan, keimanan seseorang adalah keyakinan yang mendalam dalam hati, tidak bisa dibuat-buat dan tidak bisa dilogikakan, karena iman adalah urusan hati, meskipun sesama Muslim tidak berarti sama-sama memiliki tingkat keimanan yang sama.
Untuk itulah peristiwa Isra’ dan Mi’raj yang kejadiannya luar biasa, diluar akal dan logika manusia. Maka keimanan seseoranglah yang paling berperan di sini. Karena sulit akal mencerna dalam semalam saja mampu melakukan perjalanan secepat itu, bahkan teknologi tercanggih saat ini pun tidak mampu melakukannya.
Dalam kehidupan kita pun demikian, keimanan selalu mendapatkan ujian dari Allah SWT, ujian itupun bermacam jenis dan bentuknya, bagaimana kita mampu mengontrol sikap dan perbuatan yang berlandaskan keimanan. Sehingga apa yang seharusnya dilakukan dan apa seharusnya ditinggalkan.
Buah dari Kesabaran
Untuk diketahui, salah satu tujuan adanya peristiwa Isra’ dan mi’raj inilah adalah untuk menghibur nabi Muhamad SAW. Karena di waktu berdekatan orang yang paling besar dukungannya terhadap Rasul telah pergi untuk selamanya, yaitu istri Beliau Siti Khadijah dan paman Beliau Abu Thalib.
Hal ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa setiap persoalan dan musibah yang menimpa kita, maka tidak ada lain kecuali harus banyak besabar. Kesabaran pada akhirnya akan berbuah manis dan ada hikmah dari setiap peristiwa itu.
Perintah Shalat.
Nabi Muhammad SAW dalam melakukan perjalanan Isra’ dan Mi’raj adalah dalam rangka menjemput perintah Shalat, di mana pada masa sebelumnya, bahwa perintah shalat ini berjumlah 50 waktu sehari semalam.
Beruntung dengan adanya peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini, perintah melaksanakan kewajiban shalat itu menjadi 3 kali sehari semalam. Tidak dapat dibayangkan jika kita harus melaksanakan shalat 50 kali sehari semalam, sedangkan 5 kali sehari semalam saja masih banyak yang berat untuk melaksanakannya.
Shalat kita ketahui adalah salah satu sarana komunikasi kita kepada Allah SWT. Dengan Shalat dapat mencegah diri kita dari perbuatan keji dan munkar, pembeda antara kita dengan orang kafir itu juga adalah shalat. Sebagaimana dalil dari Rasulullah :
“(Pembatas/Pembeda) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 257)
Tags
Al-Islam