Minangkabau tidak hanya terkenal dengan rendangnya saja, karena jika ingat ranah minang kita sering terbayang, kenikmatan rendangnya. Selain memiliki khas kuliner enak dan menggugah selera, Minangkabau juga memiliki ragam tradisi dan budaya, tradisi itu bahkan berbeda antara satu daerah dengna daerah lain yang ada di Minangkabau itu sendiri, seperti adanya tradisi pacu jawi, tradisi turun mandi bayi, tradisi balimau dan sebagainya.
Salah satu tradisi yang tidak kalah serunya dengan tradisi lainnya adalaha “Pacu Itiak”, sebagai pencinta balapan, kamu tentu sangat akrab dengan motor balap, mobil balap, dan sejenisnya. Berbeda dengan balapan ayng merupakan tradisi Minangkabau yang satu ini, balapan ini tidak menggunakan motor ataupun mobil, bahkan balapannya juga dilakukan oleh hewan.
Pacu Itiak merupakan tradisi balapan itik, pacu dalam artian berlomba/balap, itiak adalah hewan ternak yang sering kita temui di lingkungan sekitar kita. Itiak dalam bahasa Indonesia adalah itik/bebek, pacu itiak merupakan perlombaan dan hiburan bagi pemuda Minangkabau, tepatnya di daerah Kabupaten 50 kota dan Kota Payakumbuh, Sumatera Barat.
Pacu itiak juga tidak terdapat di seluruh daerah Minangkabau, hanya beberapa daerah saja yang menjadikan pacu itiak sebagai tradisi yang sudah sejak lama mereka lakukan. Daerah itu antara lain Nagari Aua Kuniang dan Nagari Aie Tabik di Kota Payakumbuh. Kemudian Nagari Sikabu-kabu Tanjuang Haro Padang-Panjang dan Nagari Sungai Kamuyang, Kecamatan Luak, Kabupaten Limapuluh Kota.
Konon, tradisi Pacu Itiak sudah dimainkan oleh nenek moyang orang Payakumbuh pada ratusan tahun lalu. Saat itu, para petani di Aur Kuning, Payakumbuh, Kanagarian Sicincin menghalau itik yang memakan tanaman padinya. Nah, itik-itik yang dihalau tersebut malah terbang ke dataran sawah yang letaknya lebih rendah. Sejak itulah, itik-itik terbang ini menjadi hiburan tersendiri bagi para petani, hingga akhirnya diadakan lomba itik terbang oleh masyarakat Payakumbuh.
Teknis pacu itiak ini adlaah dengan dipegang oleh pemiliknya masing-masing, lalu secara serentak dengan hitungan tertentu, itik lalu diterbangkan ke udara, dan akan ditentukan garis finishnya. Itik yang mampu bertahan dan mendarat di garis finish paling cepatlah yang memenagkan perlombaan tersebut, meskipun itik paling cepat mendarat, namun tidak sampai pada garis finish yang telah ditentukan, maka itik tersebut gagal menjadi pemenangnya.
Semangat kebersamaan dalam melangsungkan perlombaan inilah yang menjadikan tradisi ini terus dilestarikan oleh masyarakat Minangkabau, terutama masyarakat Payakumbuh dan sekitarnya. Artinya, kegiatan ini selain tradisi turun temurun juga menjadi momentum silaturrahmi antara penduduk setempat, sehingga keakraban dan suasana kekerabatan akan semakin terasa bagi mereka. Bagaimana di daerah Anda ? tentu juga memiliki tradisi atau budaya masing-masing bukan, semoga artikel ini bermanfaat untuk semua pembaca.
Salah satu tradisi yang tidak kalah serunya dengan tradisi lainnya adalaha “Pacu Itiak”, sebagai pencinta balapan, kamu tentu sangat akrab dengan motor balap, mobil balap, dan sejenisnya. Berbeda dengan balapan ayng merupakan tradisi Minangkabau yang satu ini, balapan ini tidak menggunakan motor ataupun mobil, bahkan balapannya juga dilakukan oleh hewan.
Pacu Itiak merupakan tradisi balapan itik, pacu dalam artian berlomba/balap, itiak adalah hewan ternak yang sering kita temui di lingkungan sekitar kita. Itiak dalam bahasa Indonesia adalah itik/bebek, pacu itiak merupakan perlombaan dan hiburan bagi pemuda Minangkabau, tepatnya di daerah Kabupaten 50 kota dan Kota Payakumbuh, Sumatera Barat.
Pacu itiak juga tidak terdapat di seluruh daerah Minangkabau, hanya beberapa daerah saja yang menjadikan pacu itiak sebagai tradisi yang sudah sejak lama mereka lakukan. Daerah itu antara lain Nagari Aua Kuniang dan Nagari Aie Tabik di Kota Payakumbuh. Kemudian Nagari Sikabu-kabu Tanjuang Haro Padang-Panjang dan Nagari Sungai Kamuyang, Kecamatan Luak, Kabupaten Limapuluh Kota.
Konon, tradisi Pacu Itiak sudah dimainkan oleh nenek moyang orang Payakumbuh pada ratusan tahun lalu. Saat itu, para petani di Aur Kuning, Payakumbuh, Kanagarian Sicincin menghalau itik yang memakan tanaman padinya. Nah, itik-itik yang dihalau tersebut malah terbang ke dataran sawah yang letaknya lebih rendah. Sejak itulah, itik-itik terbang ini menjadi hiburan tersendiri bagi para petani, hingga akhirnya diadakan lomba itik terbang oleh masyarakat Payakumbuh.
Teknis pacu itiak ini adlaah dengan dipegang oleh pemiliknya masing-masing, lalu secara serentak dengan hitungan tertentu, itik lalu diterbangkan ke udara, dan akan ditentukan garis finishnya. Itik yang mampu bertahan dan mendarat di garis finish paling cepatlah yang memenagkan perlombaan tersebut, meskipun itik paling cepat mendarat, namun tidak sampai pada garis finish yang telah ditentukan, maka itik tersebut gagal menjadi pemenangnya.
Semangat kebersamaan dalam melangsungkan perlombaan inilah yang menjadikan tradisi ini terus dilestarikan oleh masyarakat Minangkabau, terutama masyarakat Payakumbuh dan sekitarnya. Artinya, kegiatan ini selain tradisi turun temurun juga menjadi momentum silaturrahmi antara penduduk setempat, sehingga keakraban dan suasana kekerabatan akan semakin terasa bagi mereka. Bagaimana di daerah Anda ? tentu juga memiliki tradisi atau budaya masing-masing bukan, semoga artikel ini bermanfaat untuk semua pembaca.
Tags
Budaya Dan Tradisi