Proses belajar mengajar saat ini, dialihkan dari tatap muka
menjadi daring. Hal ini mendatangkan positif dan negatif di kalangan orang
tua dan siswa serta guru. Pengamat pendidikan dari Universitas Brawijaya (UB)
Aulia Luqman Aziz mengatakan selamanya profesi guru tidak akan tergantikan oleh
teknologi. Pembelajaran penuh secara daring akhir-akhir ini banyak menimbulkan
keluhan dari peserta didik maupun orang tua.
“Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara maju seperti
Amerika Serikat. Bagaimana pun, pembelajaran terbaik adalah bertatap muka dan
berinteraksi dengan guru dan teman-teman,” kata Luqman di Malang, Sabtu
(2/5/2020).
Belajar daring banyak mendapatkan keluhan, seperti yang
penulis dengarkan langsung dari para orang tua di rumah, karena kesibukan dan
butuhnya android dalam pembelajaran daring atau online, maka banyak hambatan
yang terjadi, misalnya dengan pembelajaran online saat ini, orang tua merasa
terbebani. Beban yang harus dihadapi oleh orang tua adalah waktu anak bersama
android lebih banyak dibandingkan tatap muka.
Belum lagi biaya paket data atau kuota, katakanlah jika
sebelum belajar online dahulunya, orang tua siswa hanya membutuhkan paket data
5-10 gb perbulannya, maka untuk saat ini membutuhkan lebih banyak lagi, belum
lagi jika yang memiliki anak yang masih duduk di bangku sekolah lebih dari satu
orang, maka akan lebih banyak menghabiskan paket data.
Keluhan lain dari orang tua siswa, saat ini anak lebih
banyak menghabiskan waktu bersama android, namun sedikit sekali waktu yang
dipergunakan untuk belajar. Mereka lebih suka berselancar si social media dan
bermain game, maka tidak akan
efektif jika belajar online ini diteruskan.
Orang tua siswa
juga merasakan, masa-masa belajar daring saat ini, banyaknya siswa menjadi
pemalas, karena waktu belajar hanya sedikit, sedangkan waktu bermain lebih
banyak, meskipun didukung dengan pembelajaran online, siswa hanya fokus
mengerjakan tugas, bukan mengikuti pembelajaran dengan baik dan benar, alhasil
siswa menjadi pemalas untuk belajar lebih giat lagi.
Alasan lain,
tidak meratanya internet bahkan untuk mengakses internet masih butuh perjuangan
bagi mereka yang tinggal di pelosok Indonesia, jangankan untuk belajar
daring/online. Untuk mencari sinyal saja menghabiskan waktu berjam-jam.
Ditambah
lagi, tidak semua orang tua siswa memiliki android, bahkan bagi mereka yang
terpaksa memenuhi keinginan anak untuk memiliki android, meskipun terbatas
keuangan, orang tua rela mencuri seperti kasus di bawah ini.
Saat ini,
pemerintah sudah seharusnya memperhatikan hal ini. Karena tidak mungkin
kendala-kendala demi kendala terus terjadi, sehingga anak menjadi malas belajar
dan bahkan pengetahuan semakin berkurang karena kurangnya waktu belajar bersama
guru dan berinteraksi bersama teman-teman di sekolah.
Secanggih apapun
teknologi hari ini, tentunya tidak bisa menggantikan peran guru di sekolah dan
sehebat apapun video pemeblajaran dibuat oleh guru, tentunya tidak sehebat
belajar tatap muka, semoga belajar tatap muka segera dilaksanakan, agar siswa
kembali belajar efektif di sekolah.
Tags
Pendidikan