Ditugaskan di tempat yang tidak membutuhkan tenaga kesehatan membuat kecemasan tersendiri bagi seorang tenaga kesehatan yang baru lulus CPNS pada tahun 2006 silam. Namanya Hardinisa Syamitri, seorang bidan muda yang harus berhadapan dengan masyarakat yang tidak percaya kepada tenaga kesehatan.
Jarum suntik, pil dan kapsul, vaksin, check up medis dan sejenisnya adalah istilah yang sangat akrab bagi kita. Saat sakit, berobat ke dokter atau tenaga kesehatan lainnya adalah pilihan utama dalam usaha untuk sembuh. Namun, tidak bagi masyarakat Jorong Luak Begak, Kenagarian Talang Anau, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Lima Puluh kota, Sumatera Barat, kala itu. Mereka lebih memilih dukun kampung daripada harus berurusan dengan tenaga kesehatan.
Bagaimana tidak, 3 tahun berlalu tanpa NAKES (Tenaga Kesehatan) bukanlah problem bagi mereka, karena sudah terbiasa berobat dengan dukun kampung, bahkan kalaupun ada tenaga kesehatan yang ditugaskan ke daerah ini, mereka tidak mempercayai kemampuan sang Nakes tersebut.
Lain lagi cerita saat akan melahirkan, mereka juga punya alternatif untuk membantu persalinan mereka, ya...cukup mendatangkan dukun beranak, proses persalinan pun dapat dilakukan tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi setelah itu. Tingkat kematian ibu dan anak pun cukup tinggi di sini, karena pertolongan pada resiko kelahiran tidak didapatkan.
Hal ini sudah mereka lakukan turun temurun, karena orang tua mereka terdahulu, mempercayakan kesehatan dan proses persalinan cukup dengan bantuan dukun saja. Tentu hal ini tugas berat bagi seseorang yang ditugaskan di desa/jorong ini.
Pahlawan Kesehatan itu Datang
Menjadi seorang tenaga kesehatan adalah pekerjaan yang mulia, terlebih lagi jika di perkampungan atau daerah terpencil, seperti Jorong Luak Begak ini, tidak semua orang mampu melakukannya. Bagi seseorang yang sudah terbiasa hidup di kota besar, memiliki segala macam fasilitas yang dibutuhkan dan dimanjakan dengan berbagai kemudahan, akan sulit rasanya jika harus ditugaskan di daerah terpencil.
Berbeda dengan sikap seorang pahlawan kesehatan yang satu ini, Hardinisa Syamitri. Bagi beliau, pengabdian di daerah ini sebuah tantangan yang harus dihadapi. Buk Icha, sapaan akrab tenaga kesehatan yang merupakan bidan ini, bagi buk Icha tantangan yang harus dihadapi di jorong ini, tidak hanya karena lokasi daerahnya terpencil, jauh dari jangkauan pusat kota, bahkan ketika itu jangankan jaringan internet, listrik pun belum mengalir.
Buk Icha merupakan tenaga kesehatan pertama, setelah 3 tahun berlalu tanpa tenaga kesehatan di jorong ini. Selain tantangan daerah terpencil, tantangan yang tidak kalah beratnya adalah menghadapi pola pikir masyarakat, di mana masyarakat di sini seperti cerita saya di awal, sangat tidak mempercayai tenaga medis dan tenaga kesehatan, apalagi buk Icha ketika itu masih muda.
“kenapa buk Icha mau ditugaskan di sini ?,” tanya saya membuka percakapan dengan buk Icha. “ demi merubah pola pikir dan kebiasaan berobat warga sini pak,” ujar buk Icha.
Inilah perjuangan awal buk Icha, seorang bidan yang mampu merubah pola pikir dan kepercayaan masyarakat terhadap tenaga kesehatan. Tepatnya pada tahun 2006, di mana kala itu tahun pertama buk Icha ditugaskan sebagai bidan. Namanya di kampung, apalagi satu-satunya tenaga kesehatan, dengan bekal ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah dahulu, buk Icha tidak hanya melayani persalinan, namun juga harus membantu masyarakat yang ingin berobat.
Merangkul Dukun Beranak
Suatu hari, buk Icha menolong seorang ibu yang akan melahirkan. Ternyata ibu hamil tua ini, merupakan kerabat dari seorang dukun beranak. Karena mendatangi buk Icha, dukun beranak tadi marah-marah pada ibu tersebut, karena merasa segan akhirnya terpaksa juga ibu hamil ini pulang dan persalinan akan dibantu oleh dukun beranak kerabatnya itu.
Kejadian yang tidak bisa dilupakan dan sangat berkesan, yaitu anak yang lahir tersebut tidak menangis, tentu hal ini membuat dukun beranak tadi panik, karena memang beliau tidak dibekali dengan ilmu itu. Maka mau tidak mau, akhirnya dimintalah bantuan buk Icha untuk menolong persalinan sang ibu tersebut. Buk Icha berhasil membantu permasalahan bayi itu, karena sebagai bidan tentunya beliau sudah tahu betul apa yang harus dilakukan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada proses persalinan dan kondisi bayi yang lahir.
“Alhamdulillah pak, sejak saat itu masyarakat dan dukun beranak sudah percaya dengan kemampuan saya,” tutur buk Icha.
Kejadian tadi menjadi pelajaran bagi masyarakat dan termasuk juga dukun beranak di jorong Luak Begak ini. Perlahan tapi pasti, dukun beranak yang sebelumnya merasa tersaingi dan marah apabila ada yang mau melahirkan dengan bantuan buk Icha, mereka justru menyarankan agar persalinan dibantu oleh buk Icha.
Begitulah buk Icha, tidak lantas tersinggung dengan sikap masyarakat dan bahkan dukun beranak yang tidak menyukainya, beliau rangkul dan terus memberikan pemahaman dan edukasi. Semakin hari semakin banyak orang yang membutuhkan dan percaya dengan buk Icha. Tidak hanya persalinan, untuk berobat berbagai penyakit pun sudah mulai mempercayakannya kepada buk Icha.
Bekerja Tanpa Jam Dinas
Bagi sebagian tenaga kesehatan, masuk pagi pukul 08.00 dan akan pulang siang atau sore harinya. Berbeda dengan buk Icha, beliau harus menyediakan waktu kapan saja masyarakat di kampung tersebut membutuhkan. Terlebih lagi saat ada yang membutuhkan pertolongan persalinan, tengah malam pun jika dibutuhkan beliau siap.
“Saya ini tenaga kesehatan satu-satunya pak di kampung ini, jadi kapanpun masyarakat butuh saya harus siap,” tegas buk Icha.
Memang tidak enak menjadi tenaga kesehatan di daerah terpencil, terlebih lagi untuk daerah terpencil tersebut tenaga kesehatan hanya beliau sendiri, tetapi bagi buk Icha ini panggilan nurani, justru beliau merasa nyaman menjalaninya, meskipun kurang waktu istirahat dan kurang waktu bersama keluarga tercinta.
Buk Icha hanya ingin masyarakat jorong Luak Begak mendapatkan layanan kesehatan yang terbaik, tercepat dan sehat. Karena bagi beliau, ada kepuasan tersendiri saat bisa memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan, bahkan ia berprinsip “hidup harus bermanfaat bagi orang banyak”.
Membentuk Perkumpulan Orang Lanjut Usia (Lansia)
Tidak puas hanya sebatas melayani kesehatan di saat orang membutuhkan saja, buk Icha terus berinovasi di Jorong Luak Begak. Salah satu program yang terus berkembang sampai saat ini adalah membentuk perkumpulan Orang Lanjut Usia (Lansia). Awalnya perkumpulan ini didirikan karena buk Icha merasa bahwa melalui orang tua edukasi ke anak-anak mereka cepat tersampaikan.
Edukasi di sini yaitu untuk lebih meyakinkan lagi kepada warga jorong Luak Begak bahwa pentingnya berobat dan memeriksakan kesehatan kepada tenaga kesehatan. Karena menurut buk Icha, warga kampung di sini, akan cepat mengiyakan apa yang dikatakan oleh orang tua mereka. Buktinya berobat ke dukun sebelumnya, itu karena keyakinan dan saran dari orang-orang tua mereka terdahulu juga.
Selain tujuan di atas, buk Icha juga ingin agar para lansia atau orang jompo peduli akan kesehatan mereka. Banyak program yang diberikan kepada para lansia tersebut, terutama dalam hal rutin memeriksakan kondisi kesehatan mereka.
Dalam program yang lain, para lansia juga di ajak senam bersama oleh buk Icha. Program penyuluhan dan edukasi mengenai pentingnya kesehatan, serta tidak lupa juga buk Icha memberikan kesempatan kepada para lansia untuk menyalurkan hobinya. Baik itu menyanyi, menari dan mengasah keterampilan lainnya.
Buk Icha mengedukasi para perkumpulan Lansia
Semua yang sudah dilakukan oleh buk Icha tentunya tidak mudah, butuh proses dan kerja keras yang tidak singkat, bertahun-tahun beliau membina dan mengedukasi warga di kenagarian Talang Anau. Nagari Talau Anau sendiri terdiri dari beberapa jorong/desa. Yang menjadi fokus binaan buk Icha adalah 1 kenagarian di kenagarian Talang Anau sendiri, kemudian Jorong Luak Begak dan jorong Simpang padang.
2 tahun (2006-2008) beliau berjuang sendirian untuk membantu perkumpulan lansia Simpati di jorong Luak Begak dan di tahun berikutnya di jorong Simpang Padang dengan perkumpulan lansia Sempati serta perkumpulan lansia Seroja yang ada di Nagari Talang Anau.
Meskipun beliau sudah pindah dari tempat tugas awal yaitu jorong Luak Begak, namun kegiatan yang telah dirancang sejak awal tersebut tidak ditinggalkan begitu saja. Saat ini buk Icha terus membina ketiga perkumpulan lansia tersebut, tidak sendirian lagi kini tugas kemanusiaan itu sudah dibantu oleh beberapa tenaga kesehatan tempat beliau dinas.
Kini masyarakat jorong tempat buk Icha bertugas, sudah sangat peduli akan kesehatannya. Mereka juga mempercayakan pengobatan dan check up serta proses persalinan kepada tenaga kesehatan. Bahkan sejak tahun 2010 sudah tidak ada lagi ibu yang melahirkan dengan bantuan dukun beranak.
Begitulah sosok buk Icha, sosok sederhana yang berdidikasi tinggi dan terus semangat majukan Indonesia dalam pilar kesehatan. Berkat kegigihan beliaulah, maka beliau pada tahun 2013 mendapatkan penghargaan dari Astra melalui programnya “Satu Indonesia Award 2013”.
Sangat menginspirasi bagi kita semua, bahwa siapapun kita dapat melakukan hal terbaik untuk kemajuan bangsa Indonesia tercinta ini. Tidak harus melakukan hal yang besar, hal kecil pun jika dilakukan dengan nurani dan demi kepentingan bersama, maka sejatinya Anda adalah seorang pahlawan.
#SemangatMajukanIndonesia #KitaSATUIndonesia #IndonesiaSehat