Budaya Jepang adalah seperangkat nilai yang mengutamakan keharmonisan sosial dan kerja keras. Hingga abad ke-10, budaya Jepang mirip dengan budaya Tionghoa, tetapi kebangkitan samurai di Zaman Heian dan isolasi di Zaman Edo mengubah aturan masyarakat. Secara keseluruhan, budaya dipengaruhi oleh agama lokal Shinto, Budha, Konghucu dan sumber daya alam yang terbatas.
Sementara gaya hidup orang Jepang telah diibaratkan baru-baru ini, orang Jepang masih melakukan segala kemungkinan untuk melestarikan warisan budaya mereka yang kaya dengan melakukan upacara minum teh, mengenakan kimono, dan mempelajari seni dan kerajinan tradisional sejak masa kanak-kanak.
Karena keharmonisan sangat penting di Jepang, ada banyak adat istiadat, tradisi, dan aturan etiket untuk menciptakan ikatan sosial antar manusia. Beberapa tradisi menarik yang mengejutkan orang asing adalah:
- Melepas sepatu saat memasuki rumah seseorang
- Mengenakan masker saat sakit
- Tidak berjabat tangan dan tidak berpelukan saat bertemu dengan orang tersayang
- Membungkuk 45 derajat untuk menunjukkan rasa hormat
- Membuat suara menyeruput saat makan mie
- Mencuci tangan secara simbolis saat memasuki tempat suci
- Mengenakan sandal saat menggunakan kamar kecil
- Hiasi rumah seseorang dengan boneka untuk "hari anak perempuan" tahunan dan hiasi rumah dengan figur samurai untuk "hari anak laki-laki" tahunan
- Melempar kacang pada orang yang berpakaian setan selama festival "setsubun".
- Makan makanan khusus yang disebut "osechi" selama hari tahun baru
- Mandi di malam hari daripada di pagi hari
- Berpartisipasi dalam festival kembang api atau festival bon odori selama musim panas dengan mengenakan yukata.
Beberapa Dasar Budaya Jepang
orang apanese selalu menampilkan kesopanan dan kerendahan hati. Orang sering membungkuk untuk menyampaikan pesan: “Saya tidak di atas Anda. Saya menghargaimu." Membungkuk lebih lama dengan derajat sudut yang lebih tinggi berarti lebih menghormati. Selain itu, orang Jepang memiliki dua agama sekaligus: mereka adalah Buddha dan Shinto. Ketika seorang bayi Jepang lahir, upacaranya diadakan di kuil Shinto dan ketika seseorang meninggal, upacaranya diadakan di sebuah kuil Buddha. Terakhir, di Jepang, orang-orang terobsesi dengan kebersihan: mereka melepas sepatu saat memasuki rumah seseorang dan mandi hampir setiap hari. Banyak orang asing yang heran karena tidak ada tempat sampah di tempat umum padahal di mana-mana masih bersih.
Festival dalam Budaya Jepang
Jumlah festival di Jepang relatif lebih banyak dibandingkan dengan negara lain karena agama Jepang berkaitan dengan merayakan musim panen dan pergantian musim. Masing-masing dari 47 prefektur Jepang memiliki festival berbeda yang biasanya berlangsung di musim panas. Penduduk setempat biasanya berpartisipasi dalam festival ini dengan mengenakan yukata dan sandal. Festival Jepang yang paling terkenal adalah:
- Festival Gion di Kyoto. Parade terbesar di Jepang yang dimulai pada tahun 800-an ketika terjadi wabah yang mirip dengan virus Corona.
- Festival Awa Odori di Tokushima. Sebuah festival Tari yang diadakan selama Pekan Obon (minggu di mana arwah orang yang meninggal dipercaya mengunjungi dunia).
- Festival Nebuta di Aomori. Sebuah festival yang didedikasikan untuk prajurit kuno di Jepang Utara.